Gereja sebagai umat Allah berkat sakramen pembaptisan menyadari diri memiliki tanggungjawab menunaikan tugas dan panggilan dalam lima pilar pelayanan Gereja di dunia. Lima pilar pelayanan Gerejani yang dimaksudkan ialah Kerygma (Pewartaan), Diakonia (Pelayanan), Koinonia (Persekutuan), Leitourgia (Liturgi) dan Martyria (Kesaksian).
Sakramen Baptis adalah sakramen pertama yang diterima oleh seorang yang hendak menjadi anggota Gereja Katolik.
Komuni Pertama merupakan perayaan penerimaan Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya bagi seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Komuni adalah bagian inti dalam Ekaristi. Saat Imam mengangkat Roti dan Anggur itulah saat dimana Allah sungguh hadir di antara kita secara istimewa dalam Roti dan Anggur yang sudah diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ekaristi adalah pusat hidup orang Katolik. Dalam Sakramen Ekaristi kita menyambut Tubuh Tuhan saat komuni. Hidup kita disatukan dengan Tuhan, artinya kita disucikan karena kita dijadikan Bait Allah dan kita juga disatukan dengan seluruh umat sebagai Tubuh Tuhan yang adalah Gereja itu sendiri.
Melalui sakramen Penguatan, menjadikan kita sungguh anak Allah, menambahkan karunia Roh Kudus ke dalam diri kita dan mengikat kita lebih sempurna dengan Gereja.
Allah mengetahui bahwa di dalam perjalanan iman, kita dapat jatuh di dalam dosa. Maka Ia menganugerahkan Sakramen Pengakuan Dosa/Rekonsiliasi pada kita.
Di dalam sakramen ini, kita mengakukan dosa kita di hadapan imam, karena Yesus telah memberi kuasa kepada para imam-Nya untuk melepaskan umat-Nya dari dosa.
Melalui Sakramen Rekonsiliasi ini kita menerima pengampunan dosa dari Tuhan dan juga rahmat-Nya, yang membantu kita untuk menolak dosa di waktu yang akan datang.
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah sakramen Tobat.
Dalam sakramen ini, seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari Kamis Putih.
Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman yang berada dalam bahaya maut yang disebabkan sakit, usia lanjut, baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Sakramen perkawinan ini dipandang sebagai tanda cinta-kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja serta menetapkan suatu ikatan yang bersifat permanen, eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah.